Kenali Tentang Perilaku Konsumen Secara Menyeluruh, yuk!

Sebagai manusia pada umumnya, pasti memiliki konsep yang sama terkait cara mengenali tentang riset pasar. Hal ini menjadi acuan khusus terhadap perilaku konsumen agar memiliki kesamaan dalam cara mengembangkan pemikiran yang luas sebagai pelaku ekonomi.

Perilaku konsumen atau consumer behavior merupakan sebuah studi yang membahas tentang individu dan organisasi, serta cara mereka dalam memilih dan menggunakan sebuah produk. Bagian dari riset pasar ini bertujuan untuk memahami motivasi dan perilaku seseorang sebagai konsumen.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seorang Konsumen

Secara umum, perilaku pada konsumen ini dipengaruhi oleh tiga faktor berikut : 

1. Faktor pribadi 

Faktor pribadi yaitu suatu minat dan pendapat seseorang sebagai konsumen. Secara khususnya, faktor ini juga dapat dipengaruhi oleh demografi seperti hal nya usia, jenis kelamin, budaya, profesi, latar belakang, dan lain-lain 

2. Faktor psikologis 

Faktor psikologis adalah sebuah respons dan sikap dari individu terhadap campaign, strategi pemasaran dapat mempengaruhi kebutuhan pribadi sebagai seorang konsumen 

3. Faktor sosial 

Faktor ini meliputi beberapa hal seperti pengaruh lingkungan, pengaruh media sosial, kelas sosial, pendapatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain 

4. Faktor budaya 

Faktor yang menunjukkan bahwa minat konsumen dibentuk oleh beberapa hal, seperti nilai-nilai, dan ideologi komunitas.

Tipe-tipe Perilaku Seorang Konsumen

1. Perilaku membeli yang kompleks (complex buying behavior) 

Misalnya, Anda ingin membeli sebuah laptop yang seharga Rp40 juta. Tentu Anda berpikir panjang sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke proses pembelian. Karena, produk tersebut jarang sekali dibeli. Belum lagi, harganya juga relatif mahal. Inilah hal yang dimaksud dengan complex buying behavior. Sebelum membeli sebuah produk, para konsumen biasanya cenderung berpikir panjang terlebih dahulu. 

2. Perilaku membeli yang mengurangi perbedaan (dissonance-reducing buying behavior) 

Konsumen akan sangat terlibat dalam proses pembelian ketika memiliki perilaku ini. Namun, mereka kesulitan menentukan perbedaan antar merek. Nah, kesulitan ini disebut dengan disonansi atau mengurangi perbedaan. Kini, Ideoworks akan memberikan contoh. Misalnya, Anda ingin membeli sebuah alat masak. Menurut Anda, tidak ada perbedaan antara alat masak yang memiliki merek A, B, C, dan D. Namun, keempatnya punya sedikit titik beda. Inilah yang disebut dengan disonansi. 

3. Perilaku membeli yang telah terbiasa (habitual buying behavior) 

Contohnya, Anda ingin membeli sebuah sabun. Anda telah terbiasa membeli sabun dengan merek A, dan tidak ingin untuk melirik merek lainnya. Maka dapat disimpulkan, bahwa dalam kasus ini, Anda memiliki habitual buying behavior. Anda tidak banyak terlibat saat mencari produk. Pemilihan merek juga cenderung didasarkan dengan kebiasaan. 

Dengan hal itu, keputusan dalam pembelian pun tidak dipengaruhi oleh loyalitas ataupun campaign dari produk yang dibeli. Ini tentu sangat berbeda dengan dissonance-reducing buying behavior. Dalam habitual buying behavior, konsumen tak benar-benar terlibat dalam pemilihan merek. Pada umumnya, kebanyakan dari para konsumen akan membeli sesuatu hanya karena kebiasaan. Sementara itu, dalam dissonance-reducing buying behavior, konsumen terlibat dalam pemilihan produk. Mereka tidak hanya sekedar membeli karena terbiasa. Namun, mereka kesulitan menemukan perbedaan antar merek yang ada. Nah, biasanya, habitual buying behavior muncul saat konsumen membeli barang pokok. 

4. Perilaku mencari keragaman produk (variety seeking behavior) 

Pada tipe ini, konsumen membeli produk yang berbeda. Namun, ini dilakukan bukan karena mereka tidak puas dengan produk sebelumnya. Namun perilaku tersebut didasari oleh motivasi untuk mencari variasi dari produk yang telah mereka miliki.

windiariska

Jangan lupa ya di share ke teman-temannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar